loading...
loading...
Ketika berdiri dengan kepastian di sebuah ketidakpastian, ketika janji
dan amanah di jadikan komoditi ekonomi, ketika potensi dikalahkan oleh kerajaan
kroni, mengharap kejujuran di atas kedustaan, mengharap amanah di atas
perpolitikan, mengharap pemimin sejati dari sebuah pertarungan abadi. Memanglah
semua kaum utopis yang selalu bermimpi semua ini bisa berlalu, dengan sebuah
perjuangan kecil untuk menghadapi kroni besar penyakit bangsa ini. Ketika
pengertian Korupsi Kolusi dan Nepotisme itu menjadi ambigu oleh sebuah
kebijakan lucu. Semua ini tak relevan dan cenderung kontradiksi dengan semua
yang kita banggakan yaitu tujuan dan janji indah dari politikus. Muncul sebuah
pertanyaan besar dalam benakku “Apakah semua ini hanya sebuah panggung
sandiwara orang – orang yang berintelektual?”. Mungkin semua ini tak akan
terjadi BBM yang naik, pengangguran yang terus meningkat, hutang negara yang
terus membengkak, kemiskinan yang terus bertambah, ketika para pengisap keringat
rakyat, orang yang nampaknya alim justru ternyata maling itu kita berantas,
walaupun semua itu sulit di lakukan karena pasti selalu ada saja pihak yang
merasa dirugikan dengan adanya upaya pemberantasan korupsi, siapa mereka
tentunya mereka adalah pihak-pihak yang selama ini diuntungkan oleh praktek
korupsi.
Korupsi kini menjadi hal yang tidak tabu lagi dalam berbagai aspek sosial
berbangsa dan bernegara, penyalagunaan amanah pun di laksanakan secara terang –
terangan mulai dari aparatur pemerintah yang paling rendah hingga wakil rakyat
yang duduk di singgahsana di Senayan sana.