loading...
loading...
Inilah beberapa karya sederhana dari Erman Istanto, saya memang bukan seorang penulis yang hebat karena saya tidak menginginkan menjadi penulis yang hebat melainkan ingin menjadi penulis yang mampu menulis dan mengetahui bagaimana menulis itu merupakan sebuah kebutuhan dalam berkarya. ini beberapa karangan sederhana saya yang pernah saya tulis yang insyaALLAH ini merupakan goresan tinta saya yang bisa menjadi bekal saya dalam mengarungi pengalaman hidup ini. kisah awalku menulis dalam sebuah lomba menulis essai anti korupsi di Universitas Negeri Semarang-Fakultas Ilmu Sosial dengan dua essai dengan masing-masing judul sebagai berikut :
Kisah Pengantar Sebuah Tulisan
Terdiam dalam renunganku bergejolak sejuta harapan dan pertanyaan, ketika
banyak orang diperbudak oleh harta dunia tanpa mereka mampu memperbudak harta
mereka. Hal ini sungguh tidak relevan dengan kekayaan bangsa ini, mulai dari
tambang emas, kilang minyak, sumber gas alam, hutan hijau pun terbentang luas, “kurang
luar biasa apa Allah SWT memberikan kekayaan bangsa ini?!”. Semua ini
menimbulkan pertanyaan besar “Apakah justru kekayaan inilah yang memperbudak
orang-orang? Sehingga korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan segala pembohongan
besar di negeri ini itu lebih pasti daripada gaya gravitasi yang mempengaruhi
bumi ini?” tersirat sebuah jawaban dari analogi sederhanaku yaitu “ketika kita analogikan semua itu seperti tangan yang sedang
mengenggam pasir dengan sangat erat di sebuah padang pasir yang luas, meski
sedikit demi sedikit pasir itu pasti akan jatuh dan akan kembali ke asalnya”. Dari
analogi itu tersirat keyakinan di hatiku, bahwa semua yang ada di bumi ini dan
negeri ini tentu hanyalah titipan Dia sang Maha Pencipta”.
Lewat Kejujuran 1000 Mimpi Jadi Kenyataan
Aku berdiri dalam mimpi – mimpiku,
melihat negeri ini terdiam dalam kenyataan. Andai negeri ini bisa tersenyum
mungkin negeri ini akan menagis, jika negeri ini mampu berjalan mungkin negeri
ini akan berlari, jika negeri ini mampu berbisik mungkin negeri ini akan
berteriak, jika negeri ini mampu melihat mungkin negeri ini akan menangis, jika
negeri ini mampu mengeluh mungkin negeri ini akan berkata “Kapan aku terbebas
dari ketidakjujuran?”, jika terus
berandai kenyataan negeri ini tak akan ada habisnya. Apakah semuanya
itu adalah mimpi buruk dalam negeri ini. Pertanyaannya adalah: Apakah kita
harus menyerah kepada keadaan ini? jawabannya tentu adalah ”tidak!”. Kita boleh
menerima kenyataan ini, tetapi tidak boleh menyerah. Di balik ungkapan yang
tersurat ada keinginan yang tersirat. Di dalam mimpi ini tersirat sebuah tekad
untuk tetap berjuang. Percaya atau tidak mimpi itu akan
menjadi nyata tergantung bagaimana kita menyakini dan memperjuangkannya. Kita
sering mendengar kisah sukses para pemimpi yang menuliskan mimpinya. Bagi
mereka mimpi itu indah untuk diniatkan dan diperjuangkan.
INI KISAH SEDERHANA SAYA |